Senin, 18 Mei 2009

Perlawanan dari Bantar Gebang

Deklarasi duet Mega-Prabowo yang digelar pada Minggu, 24 Mei 2009, memang bakal jauh dari kesan bermewah-mewahan. Pasangan yang diusung PDIP-Gerindra itu akan mendeklarasikan diri di 'gunung sampah' Bantar Gebang, yang selama ini identik dengan masyarakat marginal alis kaum yang terpinggirkan.

“Deklarasi Mega Prabowo direncanakan tanggal 24 Mei di Bantar Gebang, Bekasi, dan kemungkinan siang," kata Ketua DPP Bidang Humas Partai Gerindra, Asrian Mirza. Deklarasi itu akan diikuti kader PDIP dan Gerindra, terutama untuk wilayah Jakarta dan Jawa Barat.

“Kenapa kita ingin di sana? Karena di sana sudah jelas. Itu masyarakat kelas bawah. Kita akan melakukan di antara gunungan sampah di sana,” kata Wakil Sekjen DPP PDI Perjuangan Agnita Singedikane. “Ini semua sesuai dengan perjuangan kita yang dekat dengan rakyat kecil dan tidak dengan bermewah-mewahan.”

Menurut fungsionaris Badan Pemenangan Pemilu PDIP, Hasto Kristiyanto, pemilihan lokasi yang terkenal dengan sampahnya itu bukannya tanpa alasan. Deklarasi di Bantar Gebang adalah bentuk konsistensi pada platform ekonomi kerakyatan yang diusung pasangan tersebut.

Meski disana ada lokasi pembuangan sampah, namun dari hal sederhana bisa diangkat. “Bahwa dua pasangan tersebut bercita-cita membangun martabat bangsa,” kata Hasto.

Profesi pemulung jika dikelola dengan ideologi yang jelas, kata dia, akan naik martabatnya. Dari sampah, juga bisa diciptakan banyak lapangan pekerjaan. “Kita bayangkan dalam pemerintahan bisa menghasilkan pengelolaan sampah, pemulung ditempatkan sebagai pihak bermartabat,” katanya.

Mega-Prabowo yang menginginkan perubahan dengan ekonomi kerakyatan diterima dan diyakini oleh publik akan membawa perubahan lebih baik. Dalam pemilihan langsung, faktor figur memegang peran sentral.

Namun, tidak cukup hanya figure. Perlu ada faktor-faktor lain seperti faktor political marketing, pencitraan, mesin politik, modal, dan jaringan. Bila faktor-faktor ini dimiliki oleh para kandidat, peluang menang akan terbuka lebar.

Pemilihan langsung memang tidak seperti hitung-hitungan dalam matematika yang semuanya serba pasti. Dalam hal ini, Marhaenisme Mega-Prabowo akan menjadi garis ideologi untuk menghadapi SBY-Boediono yang mencerminkan kemapanan dua sosok sepuh dalam gelanggang politik nasional itu.

Akankah Mega-Prabowo mampu menumbangkan kekuata politik SBY? Sejarah masih menunggu. [P1]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar