Senin, 18 Mei 2009

PKS Terlalu Cepat Puas Diri

PKS diprediksi akan mengalami arus balik dalam Pemilu 2009. Meski di beberapa tempat PKS memenangi pilkada, bukan berarti suara parpol bernomor 8 ini akan terdongkrak tajam. PKS dianggap telah terlalu cepat puas dengan raihan politik selama ini.

Hal tersebut diungkapkan Konsultan politik dan SSR Kontras Aceh, Saiful Haq terhadap penilaian kinerja 4 parpol yakni Partai Demokrat, PKS, Partai Golkar dan PDI Perjuangan. Berikut petikan lengkap ulasan Saiful yang dikirimkan ke INILAH.COM:

Dalam hal konflik dan perdamaian, Golkar dan Demokrat melalui SBY dan JK sudah membuktikan sikap politik melalui perundingan damai Helsinki, terlebih lagi peran JK melalui rekonsiliasi damai Poso dan Ambon. Tapi sekali lagi ini sangat personal SBY dan JK, sikap partai belum tentu.

Partai Demokrat: Menurutku partai demokrat punya masa depan yang baik, hanya saja partai ini sangat bergantung dengan nilai jual SBY. Ketergantungan seperti ini tidak sehat bagi partai politik yang mau berumur panjang. SBY buru-buru mengumumkan kesediaannya dipilih kembali menunjukkan bahwa Demokrat tidak akan kuat bertarung di Pemilu tanpa SBY, dengan menyatakan kesediaannya, maka SBY yakin akan mendongkrak perolehan suara Partai Demokrat, sehingga kelak tidak lagi diganggu oleh Parlemen.

PDIP: partai besar dengan mesin politik yang besar, sayangnya harus deadlock ketika berdiskusi tentang calon presiden, padahal dibawahnya calon-calon muda potensial bertebaran. Ada dua faktor yang meberatkan PDIP. Pertama, faktor darah biru Soekarno yang selalui menghalangi proses regenerasi partai ini.

Kemungkinan beralihnya tampuk kepemimpinan ke Puan Maharani akan menjadi pertanyaan, berlanjutkah dinasti Soekarno atau malah dinasti Kiemas? Kedua, persoalan beban politik masa lalu, ketika PDIP memenangi Pemilu 1999 dan Megawati menjadi presiden menggantikan Gus Dur, di mata publik ini belum cukup sebagai investasi politik PDIP, bahkan cenderung negatif, sehingga memberatkan PDIP untuk mengulangnya di 2009.

Partai Golkar: Partai yang memproduksi banyak tokoh dan kader, mesin politik yang besar dan terbukti dinamis menyesuaikan diri dengan perubahan politik nasional. Persoalannya JK diyakini tidak mampu menyaingi popularitas SBY, dan celakanya JK dipaksakan untuk maju sebagai capres Golkar 2009. Memang belum final, tapi keberadaan partai lain spt Gerindra, Hanura dan lain-lain, bisa menyedot kantong-kantong suara, karena secara historis tokoh yang mendirikan partai-partai kecil ini juga pernah berafiliasi dengan Golkar.

Tapi untuk 2009, Golkar masih akan signifikan di parlemen. Penetapan capres yang hanya bisa diusulkan oleh partai dengan perolehan suara di atas 25% akan membawa partai ini menjadi partai yang paling diperhitungkan dalam penetapan capres, dan tentu saja dalam penentuan kabinet.

PKS: Partai ini sudah terlanjur maju dengan nuansa religius, tahun 2009 akan menjadi arus balik bagi apa yang telah dipanen PKS dalam berbagai Pilkada. Kemenangan PKS dalam beberapa pilkada tidak secara langsung membawa citra yang positif bagi partai, meski mengklaim partai yang bersih, namun itu tidak cukup. PKS nampaknya terlalu cepat berpuas diri sehingga mengendorkan pengorganisiran poltiknya.

Nampaknya PKS tidak berdaya di tengah perang iklan di media, celakanya iklan yang dikeluarkan menimbulkan polemik hebat di publik, dan cenderung negatif. Mungkin PKS berharap dengan membuat iklan akan bisa menjerat suara-suara yang berada diluar lingkaran pengorganisiran politik tradisionalnya, namun PKS lupa bahwa posisi dia berada sangat di tengah, bahkan terjepit, ketika mencoba modern dan demokrat, orang akan lebih memilih Golkar atau Demokrat.

Jika nasionalis tentu orang akan memilih PDIP atau Gerindra atau Hanura, religius apalagi ada PKB, PAN, PMB dll. Ketimbang bersusah payah meraih kantong suara baru, mending memantapkan kantong suara tradisionalnya, religius perkotaan.[L4]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar